Cara penyimpanan vaksin harus diperhatikan guna memastikan vaksin aman dan layak digunakan. Penyimpanan ini disesuaikan dengan prinsip cold chain system sebagaimana yang dianjurkan Kemenkes agar berfokus pada suhu dingin tertentu dari hulu ke hilir.
Dalam prosesnya sejumlah alat pendingin pun dilibatkan. Salah satu yang paling sering digunakan yaitu dry ice atau es kering beku. Fungsi dry ice yakni untuk menjaga suhu vaksin tetap stabil guna memastikan efektivitasnya.
Selengkapnya tentang cara penyimpanan vaksin yang baik sesuai pedoman cold chain system telah kami jelaskan dalam ulasan di bawah ini.
Cara Penyimpanan Vaksin yang Perlu Diperhatikan

Penyimpanan vaksin harus diperhatikan sejak vaksin akan dipindahkan, utamanya dalam proses pengiriman. Sedekat apapun jaraknya dari lokasi penyimpanan awal, Anda tetap harus mematuhi aturan SOP berikut.
1. Cek Kondisi Vaksin
Sifat vaksin yang dapat disimpan dalam waktu lama mengharuskan pengguna untuk selalu teliti dengan masa kadaluarsa vaksin. Jadi, pastikan sebelum dikirim masih dapat digunakan sampai akhir bulan masa kadaluarsa.
Mengetahui histori kondisi vaksin juga penting, apakah pernah mengalami pembekuan, terpapar suhu berlebihan, dan melampaui batas waktu ketentuan pemakaian vaksin yang telah dibuka.
2. Simpan dalam Showcase/Lemari Es
Kondisi vaksin yang baik umumnya harus segera dimasukkan ke dalam alat pendingin menggunakan botol sampel laboratorium. Hanya saja, antar satu fasilitas kesehatan dengan yang lain sering menggunakan tempat penyimpanan yang berbeda. Seperti almari farmasi berpendingin (pharmaceutical refrigerator), atau menggunakan kulkas rumah tangga.
Tips penyimpanan vaksin pada lemari es, yakni hindari menyimpan vaksin pada rak pintu kulkas karena suhu pada tempat tersebut tidak stabil seiring dengan dibuka dan ditutupnya kulkas.
Sebelum memasukkan vaksin, pastikan posisi lemari es terhindar dari paparan sinar matahari langsung. Serta tidak menempel rapat pada dinding/barang lain, seperti rak, lemari, atau evaporator agar sirkulasi udara di sekitarnya lancar.
Sebaiknya, lemari es digunakan khusus untuk menyimpan vaksin tanpa dicampur dengan obat-obatan lain termasuk memisahkannya dengan jenis vaksin rutin. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari buka-tutup lemari es terlalu sering agar suhunya tetap stabil.
Khusus vaksin yang memerlukan suhu hingga -70° C, gunakan freezer dengan suhu sangat rendah. Tidak lupa untuk memberi tanda “Jangan dicabut/dimatikan” pada lemari pendingin vaksin, saklar/stop kontak, dan tombol power.
3. Perhatikan Menyimpan Vaksin pada Cooler Box

Saat akan dipindahkan, vaksin dimasukkan ke bagian bawah cooler box/marina cooler/termos es. Beri jarak antar kemasan agar sirkulasi udara dingin merata. Kemudian, beri es batu/ ice pack/thermafreeze di sekelilingnya. Perbandingan pengisian ruang penyimpanan sekitar 50:50 untuk vaksin dan es.
Beberapa memilih dry ice yang mampu menjaga kestabilan suhu dingin sangat baik dibandingkan es beku biasa. Serta bisa dipakai ulang dan tidak meleleh sehingga tidak mengotori kemasan vaksin.
4. Kondisikan Suhu
Mengkondisikan suhu sangat penting dalam proses penyimpanan di ruangan maupun saat pendistribusian. Pertama, jaga kondisi ruang dalam suhu kurang lebih 25° C. Lalu, atur suhu lemari es sesuai jenis vaksin dalam suhu 2-8° C, -20° C, atau -70° C.
Saat pendistribusian, suhu tersebut bisa tetap dijaga menggunakan bantuan cooler box. Mengingat suhu tropis Indonesia cukup tinggi, diperlukan transportasi vaksin khusus dengan sarana UCC atau Ultra Cold Chain saat pendistribusian vaksin. Khususnya, untuk penyimpanan vaksin pada suhu -70° C.
Alat transportasi tersebut terdiri dari praktek menggunakan kotak pendingin berupa PCM atau Phase Change Materials dan thermoshipper menggunakan dry ice.
5. Lakukan Monitoring
Kesalahan menyimpan vaksin tidak akan terjadi dengan rutin melakukan monitoring. Catat suhu maksimal dan minimal vaksin, pengaturan suhu, dan suhu di ruangan dalam kartu suhu di dekat tempat penyimpanan vaksin. Pantau sebanyak minimal 3x.
Termasuk pada vaksin dalam cooler box. Terlebih jika tidak memiliki alat pemantau suhu. Pastikan vaksin tidak terendam air es batu dengan menggunakan alternatif dry ice, tutupnya tetap rapat, dan label masih menempel.
Pisahkan vaksin yang tidak dapat digunakan dalam unit penyimpanan yang didinginkan, dan beri label “Jangan Digunakan”. Lalu, segera catat hasil pemantauan untuk dilaporkan lebih lanjut ke dinas kesehatan.
6. Alternatif Cara Penyimpanan Vaksin saat Listrik Padam
Penyimpanan vaksin tidak boleh terlepas dari sistem cold chain. Sayangnya, pemadaman listrik yang bisa terjadi sewaktu-waktu tidak dapat terhindarkan. Namun tak perlu khawatir, Anda dengan menggunakan alternatif generator sebagai cadangan listrik.
Generator adalah perangkat yang mengubah energi mekanis menjadi elektris untuk menjaga ruangan dan alat pendingin tetap dingin. Meski demikian, tetap pantau suhunya guna berjaga-jaga bila generator mati.
Jika menggunakan chiller room, pastikan selalu dalam rentang suhu 2-8° C. Sementara freezer room harus lebih dari -15° C. Jika mendekati suhu tersebut, solusi tepat yang terbaik dengan menggunakan dry ice.
Dry Ice, Siaga Jaga Vaksin Kapanpun Diperlukan

Menjaga kualitas vaksin tidak boleh sembarangan. Penyimpanan vaksin harus hati-hati guna mengantisipasi hal-hal yang tidak terduga. Sebagaimana yang disebut sebelumnya dalam mengantisipasi mati listrik, diperlukan alternatif yang siaga dalam menjaga suhu vaksin tetap stabil. Dry ice adalah solusi terbaik.
Dry ice atau es kering atau sering disebut biang es, memiliki suhu mencapai -78° C. Produk ini mampu menciptakan suhu dingin maupun menjaga suhu dalam alat pendingin tetap ideal sehingga efektif menggantikan peran generator.
Atlantic Dry ice Tangerang bersedia memasok dry ice berkualitas unggulan dengan harga bersahabat ke sejumlah wilayah Kota Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Pesanan siap dikirim sejumlah yang Anda butuhkan, dapat dipesan dalam bentuk balok, slice, hingga pelet.
Tidak hanya untuk vaksin, dry ice bisa diterapkan di sejumlah industri. Hubungi untuk informasi selengkapnya!